• Contact
  • Privacy Policy
  • Disclaimer

A

  • DROPDOWN MENU
  • About
  • Template
  • Tutorial SEO
  • Senjata NgeBlog
  • Sitemap
  • More
    • Kode Warna
    • Template
    • SL Wuss V2
    • SL Wuss V3
    • SL Super Fast
Home » CERPEN JPI » CERPEN: "Gone2# --- NELANGSA" By: Einca Ratna Sari

CERPEN: "Gone2# --- NELANGSA" By: Einca Ratna Sari

Posted by A on Monday, September 22, 2014
Label: CERPEN JPI

GONE 2#
 NELANGSA
By: Einca Ratna Sari


Dua ratus sembilan hari....

Tepat di pagi hari ke dua ratus sembilan ini, aku melihatmu, Matahari. Melihatmu di antara puluhan penumpang lain yang keluar dari gate kedatangan itu. Kamu tersenyum. Aku tahu, wajahku sekarang pasti sudah memerah hanya karena senyummu itu. Ya, hanya kamu yang bisa membuatku tersenyum dengan wajah memerah seperti ini.  Lalu, dengan kedua tangan terbuka lebar, kamu berjalan cepat ke arahku dan memelukku erat.

�Apa kabar, Ai,� 

Tuhan... itu suara Matahariku. Suara yang masih sama seperti beberapa bulan lalu. Suara yang ternyata masih mampu membuat jantungku berdegup cepat. 

 �I�ve missed you, Aira...� 

Tuhan... nyaris melompat aku mendengar kalimat itu. Ya, I�ve missed you to. Aku benar-benar merindukanmu, Matahari. Aku benar-benar merindukanmu.

    ***

Siang itu, lagi-lagi namamu terdengar di rumahku. Namamu yang sudah berbulan-bulan tak pernah disebutkan lagi. Namamu yang ikut menghilang seiring dengan kembalinya aku di tengah-tengah keluargaku.

Kamu tahu, Matahari, adikku mendengar kabar tentangmu. Lega rasanya mendengar kamu baik-baik saja. Tapi satu tanyaku, kenapa kamu masih membisu dariku? Dan ternyata tanya itu bukan hanya datang dariku. Adikku, sahabatku, bahkan kedua orang tuaku, menanyakan kebisuanmu.

�Kak, nggak usah ingat Abang lagi. Anggap dia nggak pernah ada. Anggap dia udah mati!� Kalimat itu keluar dari mulut Ayahu dan menjadi keputusan Ayah, Ibu dan adikku. 

Tuhan... apa yang harus aku lakukan? Benarkah tak ada celah bagiku untuk bertemu dengan Matahariku? Tak bisakah Engkau membiarkan kami bertemu? Tak bisakah Engkau membiarkan terjadinya gerhana? Gerhana bahkan tak berlangsung lebih dari dua menit. 

�Insya Allah,� lirih kalimat itu kuucapkan. Aku tak bisa menjanjikan lebih dari kalimat itu. Dan aku berharap Tuhan masih berkenan mendengar doa-doaku. Doa-doaku yang sesungguhnya.

***

�Mau sampai kapan nunggu Wira?� tanya Adis, setelah memperhatikanku cukup lama. 

�Aku nggak nunggu, kok,� jawabku berusaha cuek.

�Oh ya?� Adis menatapku sarkartis. �Nggak nunggu? Nggak usah bohong sama aku, Ra. Kamu bahkan belum mau dengerin lagu sampai sekarang. Kamu masih suka beberapa kali buka emailmu yang terkhusus untuk Wira doang. Foto-foto Wira juga masih kamu simpan. Iyakan? Kamu nolak untuk kenal dengan cowok lain. Kamu masih suka nungguin matahari terbit dan tenggelam. See? Nggak nunggu kamu bilang? Aku sahabatan sama kamu dari kecil, Ra.� 

Aku menghela napas panjang. Ya, Adis tak salah. Aku memang masih menunggu. Aku masih mengharap.

�Lupain Wira, Ra.� Adis mengucapkan kalimat itu dengan penuh penekanan. Seolah aku adalah anak SD yang harus ditekankan dulu, baru bisa mengerti.

Lupain? Kalau aja bisa segampang itu. Aku ingin melupakan. Sungguh. 

�Ra,�

�Aku mau ke Yogya,� ujarku cepat, sebelum Adis sempat menyelesaikan ceramahnya.

�Hah?� Adis menatapku tak percaya. �Yogya? Ngapain? Nggak boleh!�

�Aku harus ke Yogya! Tolong Dis,� pintaku keras kepala.  �Please, Dis. Aku Cuma mau tahu keadaannya. Hanya itu. Satu kali aja, dan aku janji nggak akan nunggu dia lagi.� Aku benar-benar memohon kali ini. Satu kali Tuhan, perlancarlah jalanku.

Adis terdiam cukup lama. Terlihat jelas bahwa sahabatku itu tak menyetujui permintaanku. �Tolong, Dis...� pintaku lagi. Kali ini aku mengeluarkan suara super menyayat yang aku tahu, pasti mampu meluluhkan hati sahabatku ini.

�Kamu udah gila, Ra!� tukas Adis kesal. Dan Aku tersenyum senang. Aku tahu, Adis menyetujui permintaanku, aku juga tahu kalau Adis siap membantuku untuk meloloskan diri untuk satu atau dua hari.

�How long?� tanyanya kemudian.

�Dua.�

�Satu!�

�Dua, Dis,� aku mulai merengek.

�Satu! Atau nggak sama sekali,� tegas Adis. �Satu hari aja aku udah kesusahan untuk cari alasan, Ra. Apalagi dua.�

Aku menghela napas kesal. Ya, aku tahu. Adis yang paling kesusahan. Tapi...

�Satu atau tidak!� Adis kembali menegaskan.

�Oke. Satu.� Aku cepat mengambil keputusan sebelum Adis mengubah pikirannya. Ini kesempatanku satu-satunya. Dan, Tuhan... untuk kali ini, tolong kabulkan doaku.

***

Lega. Itu yang kurasakan. Lega saat melihat dia ternyata baik-baik saja. Kamu tahu, Matahari? Cahayamu ternyata masih sama. Walaupun senyummuseperti menyimpan luka. Salahkah kalau aku berpikir bahwa hatimu belum melupakanku? Salahkah kalau aku berpikir bahwa hatimu juga merindukanku?

Sepertinya tidak, Matahari. Aku masih mampu merasa tentangmu. Tapi, untuk kali ini, maafkan aku. Aku harus menepati  janjiku pada sahabatku. Aku tak akan lagi menunggumu. Kalau memang cahaya untuk semestaku tak akan pernah muncul lagi, biarlah. Aku mulai terbiasa dengan gelap. Aku mulai terbiasa dengan temaram bintang yang walaupun tak seterang sinarmu, tapi cukup untuk membantuku menyinari langit malam. Aku mulai terbiasa tanpamu, Matahari. Dan aku sadar, bulan memang tak harus menyinari dengan bantuan matahari. 

***

Hai, Ra. Apa kabar?

Praanggg!!! Satu pesan singkat itu membuat piring buah yang kupegang terlepas bersama dengan ponselku. Jantungku berdebar hebat. Kepalaku mendadak pening. Adikku dan Adis yang tengah nonton TeVe di ruang keluarga langsung berlari menghampiriku di dapur.
�Ada apa, Kak?�

�Kamu kenapa, Ra?�

Pertanyaan mereka berdua tak langsung kujawab. Yang aku lakukan malah menunjuk ponselku yang tergeletak di antara pecahan piring. 

�Dia, kembali...� ujarku lirih. 

Aku bisa mendengar napas tertahan adikku juga Adis. Aku tahu mereka berdua sama terkejutnya denganku. Matahariku kembali. Walaupun kini dia memanggilku dengan sapaan berbeda. Tapi aku tahu, dia dalam perjalanan menuju kembali. 

Tuhan... apalagi ini? Yang telah hilang dan coba aku lupakan, kini engkau hadirkan kembali. Apalagi ini, Tuhan? Kini, harus bagaimana aku menanggapinya? Akankah Matahariku kembali untuk selamanya? Atau hanya sejenak?

�Kak, nggak usah dibalas,� ucap adikku tegas.

�Iya, Ra, nggak usah ditanggepin.� Adis menimpali.

Aku terdiam. Aku tahu, mereka berdua tak ingin aku terluka lagi. Tapi, aku belum menemukan jawaban dari segala tanya yang menggumpal di kepalaku. Mungkinkah kali ini adalah kesempatanku untuk menemukan jawab itu? Atau ini hanya akan menjadi jembatan untuk menuju kehancuran yang lebih parah lagi? Entahlah. Aku bahkan tak bisa memikirkan apapun. Yang aku tahu, lima menit kemudian, jariku sudah bergerak lincah di layar handphone.

Baik, alhamdulillah. Bang Wira?

***

Aku nggak tahu. Sekarang, aku nggak bisa janjiin apa-apa lagi ke kamu. Tapi aku akan usahain untuk datang ke tempatmu dalam waktu dekat ini. Maaf, Ra...


Aku manatap barisan huruf yang terangkai di layar ponselku dengan senyum pahit. Pedih. Sakit, saat kata �tak bisa� itu terbaca mata. 

Tahukah kamu, Matahari? Harusnya kamu tak pernah kembali. Harusnya kamu tak pernah datang lagi. Harusnya kamu tetap diam di sana dan tak muncul lagi. Harusnya kamu tak datang lagi dengan rasa menyesal dan maafmu. 

Tahukah kamu, Matahari? Airmata ini bahkan diam-diam masih sering mengalir di setiap malam dalam tidurku. Seharusnya biarlah aku menganggaap semua ini tetap semu. 

Tapi kini kamu kembali. Setelah pergi dan memaksaku ikut pergi. Kini kamu kembali dengan membawa lagi kenangan manis yang coba kulupakan dari ingatan dan hatiku. Kamu datang dan membuat usahaku untuk membencimu seketika musnah. Harus bagaimana aku, Matahari? Rasa ingin mempertahankanmu kembali muncul.

Nelangsa.

Kamu tahu kalau aku tak akan pernah bisa membencimu. Kamu tahu kalau aku tak akan pernah sanggup menahanmu. Kamu juga tahu di jauh dan dekatmu, aku tak bisa benar-benar melepaskanmu dari hatiku.

Tuhan... tak sekuat itu hati ini mampu menahan. Tak sekuat itu juga hati ini sanggup merelakan. Harus bagaimana aku? 

Drrrttt.... Drrrrttt....  Ponselku kembali bergetar. Cepat aku membuka pesan singkat yang tentu saja dari kamu.

Aku datang lusa. Tunggu aku, Aira. Aku akan menjelaskan semuanya. Tunggu aku...

Ya Tuhan....

Sekarang harus 

seperti apa? Berlari dan menghindar? Mematikan hati dan menutupnya? Atau malah mematikan diri dan menghilang bersama bumi? Mampukah? Bisakah? Mungkin. Tapi, aku masih ingin mendengar penjelasannya. Ada banyak tanya yang ingin kulemparkan kepadanya. 

Tuhan, untuk satu kali ini, izinkan aku bertemu dengannya. Bukan bertemu yang hanya aku yang tahu, tapi kami berdua tahu. Bertemu untuk menjelaskan segala yang tersembunyi 6 bulan ini. Dari dia dan dariku. Izinkanlah kami bertemu, tanpa adanya gerhana. 

Ok. Aku jemput di bandara, lusa. See you Sun...

***
Tentang bulan yang masih merindukan mataharinya...
Tentang matahari yang masih berusaha untuk memeluk bulannya...
Tentang semesta yang mecoba menyatukan keduanya di bawah langit yang sama... 



PROFIL PENULIS:
Einca Ratna Sari, gadis mungil yang biasa dipanggil Eca oleh teman-temannya ini, sudah hobi menulis sejak kecil. sudah banyak tulisan yang ia buat, akan tetapi hanya menjadi konsumsi pribadi teman-teman dekatnya saja. Sempat vakum menulis beberapa tahun, namun sekarang mulai aktif kembali. Baru saja aktif kembali di nunia blogger berkat dorongan teman-temannya. Untuk lebih mengenal gadis Bengkulu ini, bisa intip twitternya @eincasarii dan jika ingin mengintip beberapa tulisannya, bisa dikepoin di eincasarii.blogspot.com.





***    ***   ***
Setiap karya yang kami publikasikan hak cipta dan isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis

Untuk Anggota Jaringan Penulis Indonesia yang mau mengirimkan karya harap mencatumkan subyek KARYA ANGGOTA + Tema Tulisan + Judul Tulisan pada email yang di kirim ke jaringanpenulis@gmail.com
Bagi yang ingin bergabung menjadi Anggota Jaringan Penulis Indonesia silahkan KLIK DISINI GRATIS




0 Response to "CERPEN: "Gone2# --- NELANGSA" By: Einca Ratna Sari"

← Newer Post Older Post → Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

All Blogger Tricks

POPULAR POSTS

  • CERPEN: "Tentang Senja Oleh" Oleh : Dina Nurhayati
    Tentang Senja Oleh:  Dina Nurhayati Engkau mengerti tentang kegundahanku yang tak tampak. Seperti pasir-pasir kecil yang kusembunyikan dalam...
  • AGENDA JPI JOGJA
    JARINGAN PENULIS INDONESIA Yogyakarta Akan mengadakan pertemuan rutin: Ngorbrol Bareng Penulis: Diskusi sastra, dari Ide sampe ke toko buku....
  • Anggota Resmi Jaringan Penulis Indonesia
                    Anggota Resmi Jaringan Penulis Indonesia adalah mereka yang telah bergabung dengan Jaringan Penulis Indonesia dan memiliki ...
  • CERPEN : "Di PDKT-in Hantu" Oleh : Ilham Ramadhan
    Di PDKT-in Hantu Oleh : Ilham Ramadhan                      Nama gue adalah Beno Castelard. Meskipun nama gue keren, tapi gue jomblo.   S...
  • CERPEN: "Sebuah Cerpen Berjudul Keris" By Endik Koeswoyo
    Sebuah Cerpen Berjudul Keris Malam semakin mejelang, para Gus itu mulai muncul dengan senyum masing-masing. Kalimat salam muncul lalu diikut...
  • OPINI : "JANGAN MINTA SAYA BERHENTI MENULIS" Oleh : Ekmi Yunita
     OPINI  JANGAN MINTA SAYA BERHENTI MENULIS  Oleh : Ekmi Yunita             Tidak banyak orang yang bisa menuangkan pikiran, gagasan bahkan ...
  • CERPEN : "SINGLE" Oleh: Vivi Priliyanti
    SINGLE Oleh: Vivi Priliyanti   September 2012             �Hmmm�tak terlalu buruk, tunggu kabar untuk pertemuan selanjutnya.� ekspresi ibu...
  • Sinopsis Film Pendek: Mengaku Anti Korupsi?
    Semakin ke sini semakin banyak yang membicarakan tentang korupsi. Dari pemerintahan yang berkoar-koar anti korupsi, namun entah, nyatanya ba...
  • CERPEN : "GONE..." By: Einca Ratna Sari
    GONE... By: Einca Ratna Sari �Mungkinkah kita bisa menikah?�           Kamu tertawa geli saat lagi-lagi kutanyakan hal yang sama. Aku tertun...
  • CERPEN : "SURAT CINTA NISA" Oleh: Eko Suseno
    SURAT CINTA NISA Oleh: Eko Suseno Satu pilihan yang A ku anggap tepat untuk saat ini adalah putus hubungan. Tidak ada lagi saling menyalahk...

Most Comennted

Blog Archive

  • ▼  2014 (102)
    • ►  December (2)
    • ►  November (8)
    • ►  October (30)
    • ▼  September (56)
      • CERBUNG : Bukan Siti Tapi Nurbaya Oleh: Endik Koes...
      • CERBUNG : Bukan Siti Tapi Nurbaya Oleh: Endik Koes...
      • CERPEN: "Gone2# --- NELANGSA" By: Einca Ratna Sari
      • PUISI: "DEAR FRIEND" By: Miumiu
      • CERPEN: "Keajaiban Cerita Merah Bata" By: Muhammad...
      • PROSA : TELEPORTASI HUJAN Oleh: Agyasaziya Raziev
      • CERPEN: "Luka" By: Fikry Hasyim
      • CERPEN : WINTER SOLSTICE Oleh Sahid Salahuddin
      • CERPEN: "DARA by Rofie Khaliffa
      • CERPEN : "GONE..." By: Einca Ratna Sari
      • CERPEN : "Pesan Untuk Luka" By: Deyanggi Bhinekasw...
      • CERPEN : "Warna Cinta Sejati" By: Eko Suseno
      • CERPEN : "QUE: Pelajaran di Bilik Penjara" By: Helly
      • CERPEN : "22 AGUSTUS" By: Roffie Khalifah
      • CERPEN : "Penantian Ibunda" By: Ayuyu Pertiwi
      • PUISI : "Kecupan Untuk Mbah Putri" By: Tri C Fakhri
      • CERPEN: "Behind the secret admirer" By: Syammas Pi...
      • CERBUNG : "Untitled" By: Eka Annisa
      • PUISI : "Malam ini aku merindukanmu, rindu memanda...
      • CERPEN : "Sepatu Athaya" By: Rofie Khaliffa
      • CERPEN : "HILANG... " Oleh: Einca Ratna Sari
      • CERPEN : "I MISS YOU" Oleh : Atika Puspita
      • CERPEN: "SE7EN GHOSTS" Oleh: MiuMiu Algorythmz
      • CERPEN : "SURAT CINTA NISA" Oleh: Eko Suseno
      • CERPEN : "KAMU" Oleh: Meilisa Eka Nur Alam
      • CERPEN : "SINGLE" Oleh: Vivi Priliyanti
      • OPINI : "JANGAN MINTA SAYA BERHENTI MENULIS" Oleh ...
      • CERPEN : "Hurt on Spring Sky" Oleh: Deyanggi Bhi
      • CERPEN : "Secangkir Kopi" Oleh : Tegar Noorwira D.P.
      • CERPEN : "Mei Heart Me" Oleh : Risky Fitria Harini
      • CERPEN : "Tok Tok Tok... !" Oleh : Rara Aywara
      • OPINI : "JODOH" Oleh : Muhammad Fikry Hasyim
      • CERPEN: "Dia (Dulu) Lelakiku" (Flash Fiction 329 ...
      • CERPEN : "Di PDKT-in Hantu" Oleh : Ilham Ramadhan
      • CERPEN : "Sepasang Cincin" Oleh : Fieqman Marsyam
      • CERPEN : "METROPOLIS" Oleh: Heri Purwoko
      • OPINI : "Mengingat Kematian" Oleh: Oleh: Jangku...
      • RESENSI NOVEL : "Love, Interrupted" Oleh: Mel Ara
      • Kritik Novel "Planet Graxpiex" Oleh: Planet Graxpiex
      • CERPEN : "Lelaki Pencemburu dan Bulan Biru" Oleh: ...
      • CERPEN : "You`re Write A Sins Not Tragedy" Oleh: E...
      • CERPEN : "DIA" Oleh : Rahazlen Avelia
      • CERPEN: "Tentang Senja Oleh" Oleh : Dina Nurhayati
      • OPINI : "Belajar dari Umar bin Khattab" Oleh: Jang...
      • CERPEN : "SATU (SAUDARA, TEMAN, BUDAYA)" Oleh : Ya...
      • DARIMANA DATANGNYA IDE ? Written by : Novy E.R.
      • CERPEN : "Tanyakan Pada Merlion" By Rofie Khaliffa
      • PUISI : "KAMU" By Cosiolenti Fellygrina
      • CERPEN: "Sebuah Cerpen Berjudul Keris" By Endik Ko...
      • Anggota Resmi Jaringan Penulis Indonesia
      • CERPEN : "Lukisan Terakhir Peri Pasir" BY Lidya Ok...
      • PUISI: TriCe Fakhri
      • CERPEN: "Diah, Dia Melodiku" Oleh : Alzhainmelody
      • PUISI: Ahmad Ali Ashshidiqi
      • PUSISI ZaEnal Abidin RiAm
      • PUISI Danang Amilian Supradana
    • ►  August (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (4)
  • ►  2013 (5)
    • ►  May (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2011 (5)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2010 (29)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (3)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (1)
  • ►  2009 (9)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)

About Us!

Risalah Islam

Kategori

  • AGENDA JPI
  • Alamat Penerbitan
  • Anggota Resmi Jaringan Penulis Indonesia
  • Biografi Penulis
  • Blog Sahabat
  • CERBUNG "Bukan Siti Tapi Nurbaya"
  • CERPEN JPI
  • Formulir Keanggotaan
  • INFO JPI
  • KARYA ANGGOTA
  • Kolaborasi 100 Penulis
  • Kritik Novel
  • OPINI JPI
  • Prosa
  • PROSA JPI
  • Puisi JPI
  • RESENSI NOVEL
  • REVIEW FILM
  • Sebilah Sayab Bidadari
  • Sinopsis Film Pendek
  • Sinopsis JPI
  • Tentang Sebuah Gagasan JPI
  • Tips dan Trik Menulis
  • VISI dan MISI Jaringan Penulis Indonesia
Copyright 2015 A. All Rights Reserved. Template by SL Blogger and CB Blogger. Original Theme by Mas Sugeng. Powered by Blogger