CERPEN
�Pertemuan Dingin�
Oleh : Lani Kurnain
Langit sore itu tampak gelap dan bercampur dengan hembusan angin. Sepertinya hujan akan turun. Kala itu, dua sosok gadis sedang berdiri tengah menunggu janji untuk bertemu dengan temannya di taman dekat panggung acara. Mereka berjanji akan menonton girlband kesukaan mereka. Sudah sejam lebih mereka menunggu namun tak ada hasil. Hingga hujan turun dengan tiba-tiba sangat lebat, mereka berdua belum bertemu dengan temannya.
Sudah dikabari melalui Telp, SMS, atau BBM tetap saja tak direspon. Sesekali mereka medapat respon dari temannya itu hanya ala kadarnya saja. Bukan mendapat respon yang bisa meluluhkan hati mereka menjadi baik. Bete. Dua gadis itu merasa tak sabar dengan kelakuan temannya yang sudah membuat mereka menunggu, akhirnya mereka berdua langsung saja mendekat ke arah panggung dan mencari tempat duduk untuk menonton. Alhasil, mereka mendapati kursi dibagian pinggir. Jaraknya agak jauh dari panggung, sehingga tidak terlalu kelihatan untuk dilihat.
Sebelum acara dimulai, mereka melihat sekeliling mencari kursi yang pas dengan tata letak panggung yang tidak simetris, sehingga ketika menonton pun jadi nyaman. �Fitri, kayaknya kursi yang ditengah itu pas banget deh, buat nonton. Biar kelihatan.� ucap Nina sambil menepuk pundak temannya dan setelah melihat-lihat sekelilingnya. Fitri yang ditepuk pundaknya agak merasa kaget dengan suara Nina yang lumayan keras di telinga. �Eh? Lo biasa aja, dong, nggak usah nggetin, gitu. Yang mana, sih, kursinya?� tanya Fitri menyakinkan.
Nina yang masih sibuk dan asik dengan keadaan sekitarnya, pertanyaan dari Fitri pun dihiraukan. Hingga Fitri sampai bertanya lagi untuk kedua kalinya. �Nina�kursinya yang di sebelah mana, sih? Gue tanya malah diam.� Nina tersentak dari pandangannya. �Itu..tu..itu�kursi yang di tengah. Yang dekat cowok itu, kan, kosong tuh. Kita duduk di sana aja, yuk.� bujuk Nina pada Fitri. �Nggak ahh..lo aja kalo mau. Nggak berani pindah tempat.� jawab Fitri. Mendengar Fitri berkata begitu, Nina memikirkan kembali kata-katanya untuk pindah tempat. Setelah beberapa menit berpikir, akhirnya ia tetap pada pendiriannya untuk berpindah tempat. �Ya udah kalo gitu, gue aja yang pindah. Kalo lo juga mau pindah, langsung aja, ya.� Fitri kaget dengan Nina yang beranjak berdiri dari kursinya. �Eh..lo serius, Na, mau pindah?� tanya Fitri bingung. Nina hanya mengangguk.
Nina yang duduk dengan tiba-tiba dan tergesa-gesa, membuat cowok yang di samping kanannya itu kaget dengan keberadannya. Tapi untungnya cowok itu hanya diam dan tak berkata apa-apa yang hampir saja membuat mood Nina berubah. Cowok itu hanya meliriknya dengan tajam dan sinis ke arah Nina. Nina pun berbalik melirik ke arahnya tanpa berkata sepatah kata pun. �Haduh..cuek dan dingin banget, sih, ini cowok. Kayaknya gue salah pilih tempat duduk.� bisiknya dalam hati.
�Na..gue pindah juga, ya, abisnya lo tega ninggalin gue sendirian di belakang.� sahut Fitri yang masih berdiri. Posisi Nina berada di tengah-tengah kursinya. Dia diapit oleh dua orang yang sebelah kanannya cowok dingin itu, dan sebelah kirinya si Fitri. Namun, dia bingung ketika baterai handphonenya lowbat dan dia tak membawa power bank. Dia bingung bagaimana memberi kabar pada keluarganya kalau ia pulang malam. Sementara Fitri, dia juga tak membawa power bank dan baterai handphonenya juga mulai lemah. Dalam situasi keadaan yang seperti ini, Nina langsung melirik ke arah samping kanannya. Ya, dia melirik ke arah cowok dingin itu. Dia memperhatikan setiap gerak-gerik cowok tersebut. Dia ingin menegur, namun hatinya ragu. Ragu jika dia tidak dipinjamkan power bank oleh si cowok itu. Bukan hanya ragu, tapi juga rasa malu yang didapat.
�Fit..gue mau pinjam power bank, deh, sama cowok yang di samping gue, tapi gue ragu. Habisnya dia dingin banget sikapnya.� ucap Nina berbisik pelan di telinga Fitri. �Ya udah, kalo lo ragu mending nggak usah. Malu tahu.� balas Fitri. Nina diam. Namun, walaupun sikap cowok yang dilihatnya seperti itu, dia tetap saja masih memperhatikan. Sesekali melihati wajahnya sangat dalam dihiasi dengan senyuman yang teukir diwajah Nina sewaktu melihatnya. Heran. Mungkin Nina berpikir, kalau cowok tersebut manis dan rupawan bila diperhatikan baik-baik. Dan itu membuat hati Nina senang dan tak memikirkan soal power bank. Langsung hilang begitu saja.
Hati Nina sudah luluh oleh sosok cowok dingin itu. Mereka belum sempat berkenalan, hanya saling memandang satu sama lain dengan rasa malu-malu. Ya, dihari itu pertemuan dingin Nina dengan cowok dingin itu. Sosoknya yang dingin hampir sama dengan rasa dinginnya dari hujan yang sedang turun sore itu. Bisa dirasakan namun tak bisa ditebak. Hanya bisa melihat, tapi tak bisa disapa. Dingin. Perasaan yang membuat hati kita tertusuk dengan sikapnya.
TENTANG PENULIS
Lani Kurnain. Gadis kelahiran tahun 94' bertempat di Jakarta. Memfavoritkan anime Detective Conan, penyuka hewan panda, penikmat mentari pagi, kesejukan siang, dan keindahan malam. Di antara banyaknya bintang, hanya ada satu yang paling berkilau dengan sinarnya. Di antara sekian banyaknya manusia, salah satunya kamu yang akan bersinar dipandangan beberapa pasang mata di dunia. Iya, itu kamu.
Nothing special about me. Just an ordinary person who became a writer. The author is still much to learn, it was me. No matter who you are, we can be friends.
Kamu dan aku bisa menjadi teman. Teman di dunia maya, kemudian teman di dunia nyata, dan bahkan bisa jadi teman pendamping hidupmu. It was a little bit of my introduction.
***
Setiap karya yang kami publikasikan hak cipta dan isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis Untuk Anggota Jaringan Penulis Indonesia yang mau mengirimkan karya harap mencatumkan subyek KARYA ANGGOTA + Tema Tulisan + Judul Tulisan pada email yang di kirim ke jaringanpenulis@gmail.com Bagi yang ingin bergabung menjadi Anggota Jaringan Penulis Indonesia silahkan ISI FORMULIRNYA