• Contact
  • Privacy Policy
  • Disclaimer

A

  • DROPDOWN MENU
  • About
  • Template
  • Tutorial SEO
  • Senjata NgeBlog
  • Sitemap
  • More
    • Kode Warna
    • Template
    • SL Wuss V2
    • SL Wuss V3
    • SL Super Fast
Home » CERPEN JPI » CERPEN: "SENJA MIKA" By: Rahazlen Avelia

CERPEN: "SENJA MIKA" By: Rahazlen Avelia

Posted by A on Sunday, October 12, 2014
Label: CERPEN JPI



Senja Mika
By: Rahazlen Avelia

 
Senja ini senja yang berbeda dengan senja tiga tahun yang lalu. Setiap senja�pada tiga tahun yang lalu�kau menengadah, seperti menunggu sesuatu yang akan turun.
Aku masih ingat, selalu sekitar pukul setengah enam sore, kau kerap mengajakku memanjat rumah pohon yang tak beratap�yang tidak tahu siapa yang membuatnya�di belakang sekolah, lalu menengadah bersama ke arah langit sore. Gurat-gurat senja yang selalu menciptakan seulas senyum lama di bibirmu itu kadang pemandangan yang membosankan bagiku. Tak habis pikir kenapa kau selalu menyukainya.
Sekarang, senja ini aku hanya sendiri, menengadah seperti yang kita lakukan tiga tahun yang lalu. Dan sekarang tepat pukul setengah enam sore. Kau tahu, gurat senja mulai terlihat, kau seharusnya melihat pemandangan yang sekarang hanya membuat mataku terasa pedas dan berair. Aku menangis, karena hanya melihat senja yang tidak menjahatiku.
�Sekarang kau sedang apa?� batinku selalu bertanya begitu. Setiap senja�bukan hanya senja di rumah pohon yang tidak beratap ini�aku selalu bertanya begitu tanpa tahu apa jawabannya.
Terakhir aku kembali ke tempat ini, aku mendapat kabar bahwa dirimu sedang terlelap pada salah satu kamar di rumah sakit. Berikut dengan selang�yang katanya�melingkar di lengan dan badanmu. Ingin sekali rasanya aku pergi ke sana, namun sebelumnya, aku ingin menikmati senja berbeda di tempat yang sama. Walau hanya sendirian.
�Kau datang,� seulas senyum�yang kutahu kau paksakan tercipta�menyambut ke datanganku. Aku tersenyum kecut sembari menatap ke arahmu.
Mataku mengamatimu lekat-lekat, benar dengan kabar yang beredar, selang itu menutupi pergelangan kirimu dan beberapa bagian di badanmu. �Aku kembali.�
�Bagaimana Berlin? Menyenangkan?� tanyamu dengan mengangkat alis. Lagi, aku tersenyum, lantas mengangguk kecil.
�Bagaimana kabarmu?� tanyaku mengalihkan pembicaraan. Kulihat sinar matamu berubah redup. �Sakit apa?�
�Lumpuh. Tapi tenang saja, aku masih bisa menggerakkan mulutku,� katamu dengan nada bergurau, seakan itu adalah masalah ringan. Perkataanmu menyayat hatiku.
�Separah apa?�
�Tanganku sudah tidak bisa digerakkan lagi,� Aku melirik ke arah tanganmu. Jari-jarimu kurus dan memucat. Sayatan lagi di hatiku.
�Kau tahu, aku sudah siap untuk pergi ke surga,� mataku terbelalak.
Semudah itu...
�Kau rela?� Kau tambah merusak hatiku. Sekarang bukan hanya dua sayatan lagi, tapi sudah beribu dan sekarang hatiku sudah hancur.
�Secepat itu? Umurmu baru dua puluh dua tahun, hidupmu masih panjang,� ujarku menyiratkan ketidak relaanku jika kau pergi.
�Hidup tidak ada hubungannya dengan Umur, Miko. Dan mungkin hidupku hanya sampai di umur dua puluh dua tahun,� Kau tersenyum kecut setelah mengatakan hal itu.
Kurasa tidak ada saat yang tepat untuk mengatakan tujuan utama aku ke sini kalau tidak sekarang. Semoga waktu yang kuciptakan ini benar-benar tepat.
�Aku punya sesuatu untukmu,� Aku merogoh kantong belakang jaketku. Benda panjang dibungkus plastik transparan itu akhirnya kusodorkan tepat ke depanmu. Undangan pernikahanku dengan Miku�sahabat kita waktu SMA.
�Kau dan Miku memang serasi. Kapan acaranya? Maaf karena aku tidak bisa datang,� suaramu terdengar serak. Seperti menahan tangis�menurutku.
�Lusa. Semoga kau bisa datang, Mika.�
***
Dulu�awal kita bertemu�aku mengira bahwa kita adalah jodoh. Miko dan Mika. Kau adalah adik kelas yang menarik waktu itu, dengan senyum yang selalu mengembang dan keceriaan saat di ruang OSIS. Tidak ada tanda-tanda kau akan lumpuh pada saat itu.
Lama kita berteman, sampai saatnya kau membawa sahabatmu bermain bersama kita, Miku. Saat itu aku yang sedang jatuh cinta padamu, rasa itu langsung beralih pada Miku. Dia memiliki senyum yang lebih mengembang darimu, dia pun tak kalah ceria dengan tertawanya yang khas. Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Dan sejak itu, aku tahu, bahwa kita tidak berjodoh.
�Aku pergi, dan akan kembali,� Aku ingat sepenggal kalimat yang kuucapkan tiga tahun yang lalu di rumah pohon di bawah senja yang membuatmu tersenyum. Dan setelah itu aku tidak mendengar kabar dari dirimu, hanya Miku yang selalu menghubungiku. Bercerita tentang hari-harinya dengan dirimu setiap senja tanpa ada aku di sana.
Di Bandara Soekarno-hatta, aku memeluk Miku setelah tiga tahun tidak bertemu dengannya. Oh tunggu! Aku lupa mengatakan bahwa dua tahun sebelum itu kami sudah menjalin hubungan khusus. Long distance relationship. Dan sepulangnya aku dari Berlin kami sepakat untuk menikah.
Aku menepati janjiku. Aku kembali dan menemukanmu terbaring dengan selang. Sesuatu yang tidak pernah kusangka sebelumnya. Kau membuatku hampir menangis, untung saja aku masih bisa menahannya.
�Kuharap lusa kau akan sembuh dan menghadiri undanganku,� Akhirnya kukatakan hal yang sangat tidak mungkin itu. Dan kau hanya tersenyum dengan sinar mata yang berbinar. Kumelihat harapan besar di sana.
***
Setelah resepsi ini selesai, aku akan memakimu. Kau tidak menghadiri undanganku. Padahal kudengar kau sudah keluar dari rumah sakit sore ini. Apa kau sengaja tidak datang ke hari bahagiaku dan sahabatmu?
Dan pagi-pagi sekali, aku sudah berada di depanmu. Oh, bukan. Aku tidak berada di depan wajahmu, tapi berada di depan makammu. Mungkin kabar semalam yang kudapat tidak sempurna, kau keluar dari rumah sakit, hanya itu yang kutahu. Dan sekarang, aku baru mengerti kenaa kau tak datang, karena kau keluar dari rumah sakit karena kalah dengan penyakitmu.
�Selamat jalan, Kawan,� bisik Miku yang tentu masih mengingatmu. Isakannya terdengar jelas pagi ini.
Selamat jalan, semoga cahaya senja menembus tanah ini dan menerangi dirimu di tempat yang gelap itu, batinku.
--The End�



PROFIL PENULIS:
Rahazlen Avelia, lahir pada tanggal 10 Oktober 1998 di Padang Panjang, Sumatera Barat. Sekarang berdomisili di Prumnas Padang Reno nomor 74, kelurahan Koto Panjang, Kecamatan Padang Panjang Timur, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. perempuan yang masih menduduki bangku kelas satu SMA itu bisa diajak ngobrol di @veeza_10  dan akun Facebook Rahazlen Avelia juga pada email aveliarahazlen@yahoo.comjika ingin melihat karyanya yang lain, bisa mengunjungi blong rahazlenavelia.wordpress.com



Setiap karya yang kami publikasikan hak cipta dan isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis Untuk Anggota Jaringan Penulis Indonesia yang mau mengirimkan karya harap mencatumkan subyek KARYA ANGGOTA + Tema Tulisan + Judul Tulisan pada email yang di kirim ke jaringanpenulis@gmail.com Bagi yang ingin bergabung menjadi Anggota Jaringan Penulis Indonesia silahkan ISI FORMULIRNYA http://jaringanpenulisindonesia.blogspot.com/search/label/Formulir%20Keanggotaan

0 Response to "CERPEN: "SENJA MIKA" By: Rahazlen Avelia"

← Newer Post Older Post → Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

All Blogger Tricks

POPULAR POSTS

  • CERPEN: "Tentang Senja Oleh" Oleh : Dina Nurhayati
    Tentang Senja Oleh:  Dina Nurhayati Engkau mengerti tentang kegundahanku yang tak tampak. Seperti pasir-pasir kecil yang kusembunyikan dalam...
  • AGENDA JPI JOGJA
    JARINGAN PENULIS INDONESIA Yogyakarta Akan mengadakan pertemuan rutin: Ngorbrol Bareng Penulis: Diskusi sastra, dari Ide sampe ke toko buku....
  • Anggota Resmi Jaringan Penulis Indonesia
                    Anggota Resmi Jaringan Penulis Indonesia adalah mereka yang telah bergabung dengan Jaringan Penulis Indonesia dan memiliki ...
  • CERPEN : "Di PDKT-in Hantu" Oleh : Ilham Ramadhan
    Di PDKT-in Hantu Oleh : Ilham Ramadhan                      Nama gue adalah Beno Castelard. Meskipun nama gue keren, tapi gue jomblo.   S...
  • CERPEN: "Sebuah Cerpen Berjudul Keris" By Endik Koeswoyo
    Sebuah Cerpen Berjudul Keris Malam semakin mejelang, para Gus itu mulai muncul dengan senyum masing-masing. Kalimat salam muncul lalu diikut...
  • OPINI : "JANGAN MINTA SAYA BERHENTI MENULIS" Oleh : Ekmi Yunita
     OPINI  JANGAN MINTA SAYA BERHENTI MENULIS  Oleh : Ekmi Yunita             Tidak banyak orang yang bisa menuangkan pikiran, gagasan bahkan ...
  • CERPEN : "SINGLE" Oleh: Vivi Priliyanti
    SINGLE Oleh: Vivi Priliyanti   September 2012             �Hmmm�tak terlalu buruk, tunggu kabar untuk pertemuan selanjutnya.� ekspresi ibu...
  • Sinopsis Film Pendek: Mengaku Anti Korupsi?
    Semakin ke sini semakin banyak yang membicarakan tentang korupsi. Dari pemerintahan yang berkoar-koar anti korupsi, namun entah, nyatanya ba...
  • CERPEN : "GONE..." By: Einca Ratna Sari
    GONE... By: Einca Ratna Sari �Mungkinkah kita bisa menikah?�           Kamu tertawa geli saat lagi-lagi kutanyakan hal yang sama. Aku tertun...
  • CERPEN : "SURAT CINTA NISA" Oleh: Eko Suseno
    SURAT CINTA NISA Oleh: Eko Suseno Satu pilihan yang A ku anggap tepat untuk saat ini adalah putus hubungan. Tidak ada lagi saling menyalahk...

Most Comennted

Blog Archive

  • ▼  2014 (102)
    • ►  December (2)
    • ►  November (8)
    • ▼  October (30)
      • SINOPSIS FILM PENDEK: "JAHATNYA KORUPSI" By: Helly...
      • Sinopsis Film Pendek: Mengaku Anti Korupsi?
      • Siapa bilang jadi mahasiswa tingkat akhir itu en...
      • Cerpen : MENGEJAR CINTA DEDE Oleh : Devi Eka
      • 5 CARA AGAR NASKAHMU DITERIMA PENERBIT Oleh: E...
      • CERPEN: "GONE #3 - GERHANA" By: Einca Sarii
      • PROSA: "FACADE MUSIM GUGUR" By: Agyasaziya Raziev
      • CERPEN: "SENJA MIKA" By: Rahazlen Avelia
      • CERBUNG: "Tentang Tuan Tampan (Part1-Manusia Narsi...
      • PROSA: "SYIRNIKI KEJU" By: Fikry Hasyim
      • CERPEN: "RINDU MADINAH" By: Fikry Hasyim
      • CERPEN : "MEMELUK JINGGA" By: Eko Suseno
      • CARA MUDAH MEMBUAT SINOPSIS FTV Oleh : Endik Koe...
      • REVIEW FILM Haji Backpacker Oleh : Endik Koeswoyo
      • KARYA ANGGOTA : BI TRANS TV Rahasia Penyiar Cantik
      • Antara Aku dan Apak Oleh : Cha Canlierz
      • CERPEN : �Pertemuan Dingin� Oleh : Lani Kurnain
      • KENAPA SAYA JADI PENULIS? Oleh : Endik Koeswoyo
      • METODE PIRAMIDA CERITA Oleh : Endik Koeswoyo
      • PUISI : "Mati rasa" Oleh: Syanaz Eza
      • CERPEN : "LUKA DI HATI SARI" By : Witri Prasety...
      • CERPEN 'SERABI IDOL' Oleh : Feby Oktarista Andriawan
      • CERPEN : Keyakinan Oleh : Nurma Yunita
      • CERPEN : KESAKSIAN SUKIRMAN Oleh: Ratih Puspaning...
      • CERPEN : KADO UNTUK SOPHIE Oleh: Andik S. Kasnata
      • REVIEW BUKU AKU TAK MARAH Oleh : Wahidin Sinaga
      • CERPEN : KESALAHAN HATI MENDUNG Oleh: Wahidin Sinaga
      • CERPEN : Maaf Yang Sia-sia By: Hikari Kagawa
      • PUISI Dibalik Sujud Tengah Malam Oleh: Nurul Isla...
      • PUSISI �Pilihan� Oleh: Ralindra Kartanama
    • ►  September (56)
    • ►  August (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (4)
  • ►  2013 (5)
    • ►  May (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2011 (5)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2010 (29)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (3)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (6)
    • ►  February (4)
    • ►  January (1)
  • ►  2009 (9)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (1)
    • ►  August (3)

About Us!

Risalah Islam

Kategori

  • AGENDA JPI
  • Alamat Penerbitan
  • Anggota Resmi Jaringan Penulis Indonesia
  • Biografi Penulis
  • Blog Sahabat
  • CERBUNG "Bukan Siti Tapi Nurbaya"
  • CERPEN JPI
  • Formulir Keanggotaan
  • INFO JPI
  • KARYA ANGGOTA
  • Kolaborasi 100 Penulis
  • Kritik Novel
  • OPINI JPI
  • Prosa
  • PROSA JPI
  • Puisi JPI
  • RESENSI NOVEL
  • REVIEW FILM
  • Sebilah Sayab Bidadari
  • Sinopsis Film Pendek
  • Sinopsis JPI
  • Tentang Sebuah Gagasan JPI
  • Tips dan Trik Menulis
  • VISI dan MISI Jaringan Penulis Indonesia
Copyright 2015 A. All Rights Reserved. Template by SL Blogger and CB Blogger. Original Theme by Mas Sugeng. Powered by Blogger